Saat ini ada sekitar 800 startup di Indonesia dan mayoritas masih pemula. “Menuju maturity,” kata Natali Ardianto, Chief Operating Officer Tiket.com.
Untuk melihat seberapa maju bisnis digital di Indonesia, bisa dibandingkan dengan Vietnam. Di sana, investor global telah menanamkan modalnya. Perusahaan game Vina Game, misalnya, mampu menarik minat IDG Ventures dan Tencent untuk menanamkan modalnya. Bahkan VNG akan tercatat sebagai perusahaan teknologi pertama di Vietnam yang melakukan penawaran saham perdana atau IPO.
Nilai perusahaan atau valuasi VNG oleh Goldman Sachs diperkirakan mencapai US$ 300 juta. Padahal VNG baru didirikan pada 2004.
Di Indonesia? Dari jumlah startup tersebut, tak banyak yang bisa menarik investor luar negeri. “Bisa dihitung dengan jari,” tuturnya.
Para investor kebanyakan bermain pada layanan e-commerce. Contohnya Wego Indonesia, anak perusahaan Yahoo, yang memberikan layanan travel.Chief Executive Officer Merah Cipta Media, Danny Wirianto, mengatakan bisnis digital sebenarnya adalah bisnis yang menjanjikan di Indonesia. Menurut Danny, semakin murah harga perangkat digital, seperti ponsel cerdas, secara otomatis akan semakin meningkatkan jumlah pengakses Internet. Ia memberi perbandingan, satu rumah umumnya hanya punya satu televisi, tapi bisa memiliki punya 3-5 ponsel. “Jadi pasarnya sangat besar,” ucapnya.
Danny, pendiri situs jejaring sosial asli Indonesia, Mindtalk, memberikan perhitungan kasar untuk melihat uang yang ada di bisnis ini. Semisal, ada 40 juta orang mengakses Internet di Indonesia dan memberikan Rp 100 per bulan per orang. Artinya, ada uang Rp 4 miliar setiap bulannya. “Bayangkan kalau Rp 1.000,” katanya.
Dengan fakta itu, Danny mengambil kesimpulan bahwa jangan sampai perusahaan asing memanfaatkan pasar yang besar itu. “Jangan sampai kita dijajah lagi,” katanya.
http://www.tempo.co/read/news/2012/04/22/172398794/Potensi-Besar-Bisnis-Berbasis-Internet